Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy (Suara Pembaruan/Aries Sudiono)
Luwuk, Sulteng- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan pihaknya sedang mengkaji, apakah
ujian nasional masih diperlukan atau tidak.
"Berdoa saja ya, mudah-mudahan," kata menteri tanpa melanjutkan
penjelasannya saat mengunjungi SMK Negeri I Luwuk, Kabupaten Banggai,
Sulawesi Tengah, Sabtu (5/11) didampingi Sekjen Kemdikbud Didik Suhadi
dan Bupati Banggai Herwin Yatim.
Mendikbud memasuki sejumlah ruangan untuk berdialog langsung dengan
para siswa. Saat berada di ruang Kelas XII jurusan, seorang siswa
bernama Mohamad Kaharuddin tiba-tiba mengancungkan tangan dan meminta
kesempatan bertanya kepada Mendikbud.
"Mohon maaf pak menteri, boleh saya bertanya," ujar Kaharuddin tanpa malu-malu dan langsung dipersilakan menteri.
"Pak Menteri, apakah ujian nasional itu masih akan dilakukan? Apakah
UN tidak menghambur-hamburkan dana saja," ujarnya yang disambut tepuk
tangan para siswa dan guru.
"Menurut kamu bagaimana," jawab menteri.
"Menurut saya pak, UN tidak perlu lagi, dihapus saja, karena kalau UN
itu, siswa pasti meniru-niru temannya. Maksudnya menyontek. Jadi UN
buang-buang dana saja," katanya tegas dan disambut tepuk tangan riuh
para siswa.
"Siapa yang suruh kamu bertanya seperti itu," timpal menteri lagi sambil tersenyum.
"Tidak ada pak, ini ide saya sendiri," ujar Kaharuddin.
"Kalau begitu saya mau kasih hadiah sama kamu," kata menteri sambil
mencabut dompetnya dan menyerahkan selembar uang kertas dan disambut ria
para siswa.
Menteri kemudian menjelaskan bahwa pelaksanaan UN sedang dalam
pengkajian ulang. Keputusannya nanti segera umumkan apakah tahun depan
masih ada UN atau tidak. "Berdoa'a saja ya, mudah-mudahan ..." ujar
menteri lagi.
Menjawab pertanyaan siswi di kelas yang sama bernama Firra Palesa
tentang bagaimana meningkatkan prestasi siswa, menteri mengatakan bahwa
ke depan, para guru diwajibkan untuk berada di kelas selama delapan jam
sehari atau minimal 40 jam seminggu agar siswa betul-betul maksimal
dalam belajar.
"Dengan belajar delapan jam sehari di kelas, maka pada hari Sabtu
akan diliburkan sehingga waktu hari Sabtu dan Minggu itu bisa digunakan
anak-anak untuk berkumpul bersama keluarga," ujar menteri dan lagi-lagi
disambut sorak-sorai para siswa dan guru.
Sebelum meninggalkan ruang kelas tersebut, Mendikbud juga memberikan
hadiah uang kepada Firra Palesa atas keberaniannya mengajukan pertanyaan
kepada menteri.
Di semua kelas yang dikunjungi, menteri mengecek siswa penerima Kartu
Indonesia Pintar (KIP). Sejumlah siswa yang ditemui mengaku sudah
menerima KIP namun sampai saat ini belum bisa mencairkan uangnya dan
belum tahu bagaimana mencairkan dananya. "Saya minta KIP kalian
dikumpulkan kepada Kepala Sekolah yang akan melaporkannya ke Jakarta
(Kemdikbud) agar bisa diatur pencairannya melalui Bank Rakyat
Indonesia," ujar menteri.
Para siswa penerima KIP di tingkat SMU/SMK akan mendapat bantuan
pendidikan sebesar Rp1 juta per tahun untuk meringankan beban siswa
dalam memenuhi kebutuhan pendidikan seperti pengadaan buku tulis dan
buku pelajaran serta pembelian pakaian seragam.
Source : http://www.beritasatu.com
0 komentar:
Posting Komentar